Selasa, 18 Mei 2010

Tah Hwe


Tah Hwe artinya menginjak bara. Suatu upacara yang diadakan setiap tahun pada tanggal 16 bulan 3 berdasarkan perhitungan Tionghoa. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada umat untuk membersihkan diri dari segala hal yang dianggap ‘kotor’.
Upacara Tah Hwe diadakan untuk memperingati hari ulang tahun Ceng It Thian Kun, sang dewa kekayaan.
Ritual menginjak bara dilakukan oleh orang-orang yang disebut tang sin. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan spiritual untuk dimasuki roh suci seorang dewa.
Dengan berbekal keyakinan teguh akan perlindungan kong cou Ceng It Thian Kun, para tang sin ini melangkahkan kaki ke atas bara menyala yang telah disiapkan dan berlari di atasnya tanpa menggunakan alas kaki.
Setelah upacara ini selesai, ada ritual lain yang harus dijalani, yaitu mandi minyak. Sebuah tungku besar dari susunan batu bata disiapkan untuk memasak minyak tersebut. Sebelumnya, tungku tersebut disembahyangi dengan bakaran hu, sebuah kertas kuning berisi tulisan mantra. Tulisan dalam kertas ini menggunakan darah lidah tang sin, dikerat menggunakan pedang pusaka khusus untuk upacara, yang dinamakan po kiam.
Minyak goreng dipanaskan di dalam kuali bersama ramuan daun-daunan berkhasiat. Setelah mendidih, para tang sin memercikkan minyak tersebut ke tubuh mereka masing-masing.
Minyak yang tersisa dibagikan kepada umat yang memintanya. Minyak ini berfungsi sebagai minyak gosok yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit luar.

Senin, 26 April 2010

Cap Go Meh












Cap Go Meh berarti hari kelima belas Tahun Baru Imlek. Dan dikenal sebagai hari terakhir masa perayaan Imlek. Hari ini juga merupakan saat bulan purnama penuh pertama dalam tahun baru. Perayaan ini juga disebut dengan perayaan lentera atau shang yuan; tahun baru kecil atau xiao guo nian.
Ada beberapa versi sejarah mengenai perayaan Cap Go Meh. Salah satu versi menyebutkan perayaan ini diadakan untuk memperingati lahirnya Siang Goan Thian Koan atau dewa yang memelihara langit dan bumi, yang datang ke bumi untuk mengampuni umat manusia.
Cap Go Meh biasanya diisi dengan berbagai macam kegiatan, seperti wayang potehi, gambang kromong, tanjidor, pertunjukan tari barong dan liong. Selain itu pada hari ini juga biasa diadakan acara jamuan makan besar. Lontong Cap Go Meh adalah makanan khasnya.
Ketika Keppres no 6, tahun 2000 dikeluarkan perayaan Cap Gomeh di Indonesia dapat menghirup udara segarnya kembali. Cap gomeh kemudian menjadi salah satu acara street festival yang paling ramai di Indonesia.

Note:
Dari berbagai sumber.
Tahun baru Imlek atau biasa dikenal dengan sebutan sincia merupakan salah satu budaya khas dari negeri China. Acara ini merupakan perayaan besar bagi orang Tionghoa di mana pun dia berada, termasuk di Indonesia.
Mulanya, perayaan ini merupakan perayaan untuk menyambut datangnya musim semi di Tiongkok alias negeri China. Tujuannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur akan awal musim yang membahagiakan di negeri itu. Hal ini diungkapkan dalam santap bersama keluarga besar dan saling kunjung-mengunjungi antar sanak-saudara dan tetangga. Acara ini kemudian berlanjut turun-temurun dan tersebar di seluruh orang Cina perantauan di seluruh dunia. Bedanya, orang-orang perantauan ini merayakan Imlek hanya sebagai tradisi untuk merayakan tahun baru Cina.

Di Indonesia, tahun baru Imlek pernah dilarang oleh Instruksi Presiden no. 14, tahun 1967. Peraturan ini berisi larangan pelaksanaan tata-cara ibadat China yang dinilai terlalu berpusat pada negeri leluhur hingga pelaksanaannya dilaksanakan intern secara keluarga. Inpres tersebut juga mengatur larangan perayaan pesta-pesta agama dan adat-istiadat Cina di depan umum.

Keadaan seperti itu baru berubah setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden no 6, tahun 2000 untuk mengganti Inpres no. 14, tahun 1967. Hal ini tentu saja disambut gembira oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Karena ini merupakan pengakuan terhadap keberadaan etnis tersebut.

Tahun baru Imlek ini biasanya dirayakan dengan acara makan-makan, berkumpul bersama keluarga besar dan teman-teman, membagikan angpau kepada anak-anak dan mereka yang belum menikah, serta sembahyang dan menyediakan saji-sajian kepada leluhur.



Note:

Dari berbagai sumber.